Pic courtesy of pulauseribu.net
Orang orang menyebutnya “Little Maldives in north Jakarta”. Pulau cantik yang luasnya 106,9 Ha ini terletak di sebelah barat Kepulauan Seribu Selatan dan terbagi atas Tidung Besar & Tidung Kecil. Kedua pulau dihubungkan oleh sebuah jembatan panjang yang indah.
Nama Pulau Tidung berasal dari kata Tidung, yang artinya tempat berlindung, dulunya pulau ini sering dijadikan tempat berlindung dari bajak laut atau perompak. Menurut buku Sedjarah Djakarta Fatahillah menggunakan pulau pulau di teluk Jakarta sebagai basis pengatur strategi dalam melawan Portugis.
Tidak seperti saudara-saudara lainnya yang lebih dahulu terkenal, Pulau yang dihuni oleh lebih dari 4,000 jiwa ini boleh dibilang belum cukup populer namun kecantikannya tidak perlu dipertanyakan!
Untuk menuju Pulau Tidung saya dan teman-teman berangkat dari Pelabuhan Muara Angke menggunakan Public Boat berkapasitas 100 penumpang yang tarifnya Rp. 33,000 / orang. Kapal menuju Pulau Tidung saat ini hanya sekali sehari dan berangkat setiap pagi pukul 07.15 wib. Waktu tempuhnya kurang lebih 3 jam.
Kapal merapat di dermaga Tidung Besar kurang lebih pukul 10.30, saya dan teman-teman berjalan kaki menuju rumah Pak Asep yang menjadi host kami selama di Pulau Tidung. Belum ada cottage maupun resort di Pulau Tidung, opsi yang tersedia untuk bermalam adalah homestay atau menyewa rumah sederhana yang umumnya terdiri dari dua/tiga kamar tidur, dapur dan kamar mandi. Beberapa memiliki teras belakang yang menghadap ke pantai. Tarif berkisar antara 200 s/d 300 ribu per malam.
Kami memilih homestay dirumah kerabat Pak Asep yang tarifnya hanya 200 ribu / malam untuk 2 kamar. Setelah menaruh barang-barang dan makan siang, kami berangkat menuju Pulau Tidung Kecil untuk snorkeling. Jarak dari Tidung Besar ke Tidung Kecil lumayan melelahkan untuk ditempuh dengan berjalan kaki. Di Pulau Tidung ada lebih dari 60 sepeda yang disewakan namun karena terlambat memesan kami tidak mendapatkan satu sepeda pun. Pemesanan sepeda sebaiknya dilakukan 1 minggu sebelum kedatangan.
Pemandangan menuju Tidung Kecil sangat menawan, hamparan laut biru yang jernih, langit yang cerah, dan pasir lembut seputih terigu. Sesampainya di Tidung Kecil yang ternyata tidak kecil itu kami beristirahat dibawah pepohonan yang rindang dan bersiap untuk snorkeling. Kabarnya banyak dive spot yang indah di Pulau Tidung namun karena belum ada dive operator disana maka divers yang ingin diving harus membawa perlengkapannya sendiri. Saya yang tidak punya peralatan scuba lengkap cukup senang dengan opsi snorkeling hehe dari pada tidak sama sekali :P.
Snorkeling di Tidung Kecil cukup menyenangkan. Lautnya dangkal, airnya sebening kristal. Sayangnya banyak 'snorkelers' yang memilih jalan dari bibir pantai menuju ketengah karena sulitnya berenang di kedalaman 1 - 2 meter.
Aksi jalan ini jelas merusak karang-karang diperairan yang dangkal. Butuh waktu 1 tahun untuk menumbuhkan 0.5 - 1 cm karang dan hanya 1 injakan untuk merusaknya. Selama snorkeling saya banyak melihat gold stripped cardinalfish wara wiri diantara terumbu karang, triggerfish, yellow banded sweetlips, disana juga banyak klein's butterfly yang body-nya imut-imut itu dan saya juga sempat melihat parade school fish yes!
Selesai snorkeling dan menikmati segarnya air kelapa muda, kami berjalan kaki kearah timur menuju makam Panglima Hitam yang panjangnya 3,5 meter dan konon merupakan penghuni petama Pulau Tidung.
Menjelang senja kami pun bersiap kembali ke Tidung Besar untuk menikmati sunset. Perlahan-lahan semburat warna jingga menghiasi langit Pulau Tidung. Kami pun kembali ke penginapan untuk mandi, sholat dan barbeque!